PRINCES ECONOMY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Ekonomi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Belajar Forex Gratis

Identifikasi Senyawa Alkohol dan Fenol

A.  TUJUAN

1.     Mengetahui senyawa yang termasuk alkohol dan fenol
2.    Mengetahui reaksi pada identifikasi alkohol dan fenol

fenol

B.  DASAR TEORI

Alkohol adalah Persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil.Karena ikatan hidroksil bersifat kovaleen, maka sifat alcohol tidak serupa dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air. Alkohol diberi nama yang berakhiran-ol.

Alkohol dapat digolongkan berdasarkan ;

a. Letak gugus OH pada atom karbon
b. Banyaknya gugus OH yang terdapat (jumlah gugus hidroksilnya)
c. Bentuk rantai karbonnya.

OksidasiAlkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air.Oleh karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar spirtus (spiritus). Reaksi pembakaran etanol, berlangsung sebagai berikut:

Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam, alkohol teroksidasi sebagai berikut:

a.    Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat.
b.    Alkohol sekunder membentuk keton.
c.    Alkohol tersier tidak teroksidasi.


Etanal yang dihasilkan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat.Hal ini terjadi karena oksidasi aldehida lebih mudah daripada oksidasi alkohol.

Pembentukan Ester (Esterifikasi)

Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester dan air.

Untuk membedakan suatu alkohol termasuk alkohol primer, sekunder atau tersier dapat dilakukan menggunakan pereaksi Lucas. Pereaksi Lucas dibuat dengan dengan mereaksikan asam klorida pekat dan seng klorida. Pengamatan yang terjadi ketika ditambah pereaksi Lucas adalah:

1.     Untuk alkohol primer ketika ditembahkan pereaksi Lucas tidak terjadi perubahan karena tidak terjadi reaksi kimia.
2.    Pada alkohol sekunder ketika ditambah pereaksi Lucas terjadi reaksi kimia namun sangat lambat. Untuk mempercepat reaksi yang terjadi yaitu dilakukan pemanasan, setelah pemanasan sekitar 10 menit akan terbentuk 2 lapisan.
3.    Sedangkan alkohol tersier ketika ditambahkan pereaksi Lucas akan bereaksi denga cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil.

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam.Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.



C.  ALAT DAN BAHAN

-Alat
a.    Tabung Reaksi
b.    Pipet tetes
c.    Pemanas air
d.    Gelas ukur 25 ml
e.    Beker glass
f.    Penjepit tabung
g.    Batang Pengaduk

-Bahan
a.    Etanol
b.    Isopropanol
c.    Fenol
d.    K2Cr2O7 2%
e.    FeCl3 2,5%
f.    H2SO4 pekat
g.    1-Propanol
h.    I2 dalam KI (larutan Iodine) larutkan 5 g I2 dan 10 g KI dalam 50 ml aquadest



D.  PROSEDUR
a)    Alkohol
1.     Tes Iodoform : sediakan 3 tabung masing-masing dengan etanol, sec-butanol dan ter-butanol. Tambahkan 2 sampai 3 tetes KI. Dan tambahkan lar NaOH 10% tetes demi tetes sampai warna iodium menghilang.
2.    Tes Esterifikasi : 3 tabung isi masing-masing dengan etanol, sec-butanol, ter-butanol. Tambahkan masing-masing dengan 1 ml asam asetat glacial, dan tambahkan hati-hati 0,5 ml asam sulfat pekat. Campur dan panaskan perlahan lalu tambahkan 3 ml air, amati uap yang terjadi.
3.    Tes oksidasi : tambahkan 1 tetes as. Sulfat pekat ke dalam 5 ml lar. Bikromat 1% .campurkan dan kocok dengan baik. Tambahkan 5 tetes cairan yang akan di tes dan panaskan secara perlahan, amati perubahan warna larutan. Lakukan tes untuk etanol, sec-butanol, dan ter-butanol.



b)   Fenol
1.     Tes FeCL3: masukan 1 tetes fenol dalam 5 ml air dan tambahkan 1 tetes FeCl3. Amati warna yang terjadi.
2.    Tes KMnO4 : masukan 5 ml lar fenol dalam tabung reaksi dan teteskan beberapa tetes KMnO4 dan amati warna yang terjadi.
3.    Uji keasaman : masing masing fenol dan alcohol di uji dengan kertas ph meter dan di hitung phnya






E.  PEMBAHASAN

Alkohol adalah senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.

Pada praktikum kali ini di dapatkan alcohol primer bila di oksidasi dengan oksidator kuat maka alcohol bereaksi menjadi aldehid, bila dilakukan secara terus menerus maka akan berubah menjadi asam karboksilat.

          Penambahan 3 ml asam asetat glacial lalu di tambahkan  1 tetes etanol maka reaksi yang terjadi yaitu cairan berubah warna menjadi bening, dan begitu pula hasil yang di dapat pada penambahan 2prpanol & t-butanol.Selanjutnya campuran di tambahkan larutan KMnO4 maka terjadi reaksi larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda dan agak bening.Sedangkan pada penambahan larutan H2SO4 di tambah KMnO4 warna merah muda pada larutan tersebut menjadi hilang. Berarti jelas bahwasanya alcohol primer apabila di oksidasi dengan oksidator kuat maka ia akan berubah menjadi aldehid.

Lalu pada percobaan reaksi alcohol dengan FeCl3 dengan penambahan fenol maka didapatkan hasil, fenol berubah warna dari kekuningan menjadi kehitaman.Hal ini di karenakan senyawa aromatic itu dapat bereaksi dengan larutan FeCl3, atau larutan sekunder bereaksi dengan FeCl3.Sedangkan reaksi alcohol yang terjadi antara FeCl3 degan 2-propanol larutan tidak terjadi perubahan warna apapun karena senyawa alifatis tdak bereaksi dengan FeCl3, hal ini di karenakan alcohol tersier tidak dapat di oksidasi dengan larutan apapun.

Pada test esterifikasi, butanol : etanol, isopropil, yang ditambahkan asam asetat, asam sulfat serta ditambahkan air setelah pemanasan, menimbulkan bau khas disetiap campurannya. Bagi butanol bau yang tercium aroma pisang, etanol bau yang tercium yaitu bau asam cuka, bagi isopropyl  bau yang tercium yaitu bau asam cuka. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan.

Pada uji kelarutan senyawa alkohol dan fenol larut dalam air, hal ini disebabkan karna adanya gugus polar yang terkandung pada kedua senyawa tersebut yaitu gugus OH.Gugus OH bersifat polar karena membentuk ikatan dengan air, sehingga dapat bercampur.Jadi bercampurnya zat tersebut tidak dipengaruhi oleh reaksi kimia.

Pada tes kromat yaitu menggunakana K2Cr2O7 untuk membedakan alkohol primer, sekundar dengan alkohol tersier.Alkohol primer dan sekunder bereaksi positif dengan K2Cr2O7 yaitu terjadi reaksi oksidasi dimana alkohol primer di oksidasi menjadi aldehid dan alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton.Sedangakan alkohol tersier tidak dapat bereaksi dengan K2Cr2O7 karena alkohol tersier tidak dapat dioksidasi.

Pada uji iodoform positif untuk alkohol primer dan alkohol sekunder sedangkan negatif untuk alkohol tersier.Pada uji iodoform dihasilkan endapan kuning terang, sedangkan pada uji atau tes FeCl3 positif untuk senyawa fenol, membentuk kompleks berwarna ungu dan negatif untuk senyawa alkohol.

          Pada menentukan keasaman didapatkan ph untuk fenol 5 dan etanol 6.



F  KESIMPULAN


1.     Alkohol primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi.
2.    Alkohol sekunder bila dioksidasi dengan oksidator lemah maka menjadi keton
3.    Alcohol tersier merupakan alcohol yang tidak dapat di oksidasi dengan oksidator apapun
4.    Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus –OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana “R” merupakan gugus alkil
5.    Pada proses esterifikasi bau yang tercium adalah aroma pisang dan cuka



Daftar pustaka

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur.jilid 1. Bina rupa.Jakarta
Keenan, W. Charles. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi VI. Jakarta : Penerbit erlangga.

Pembuatan Fruitanol (Pembuatan Bioetanol dari Buah Pepaya)

I.      Tujuan
 
Membuat fruitanol dari fermentasi buah-buahan



II.   DASAR TEORI

Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Bahan bakar yang digunakan selama ini berasal dari minyak mentah yang diambil dari dalam bumi, sedangkan minyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Sehingga untuk beberapa tahun ke depan diperkirakan masyarakat akan mengalami kekurangan bahan bakar. Keadaan ini tidak dapat lagi dipertahankan pada dasawarsa Sembilan puluhan. Bahkan pada abad 21 sekarang ini Indonesia diperkirakan akan menjadi net importer bahan bakar fosil (Kartasamita, 1992).


fruitanol


Melihat hal ini, sudah saatnya untuk mengembangkan berbagai energi alternatif yang dapat diperbaharui. Sudah saatnya ketergantungan kebutuhan energi fosil yang non-renewable digantikan dengan energi yang renewable, walaupun hal ini memerlukan revolusi terbalik dari sistem industri energi sekarang. Berbagai macam pendekatan proses dapat digunakan baik secara fisik kimiawi dan biologis. Salah satu pendekatan adalah menggunakan aplikasi bioteknologi yang dapat menggabungkan aspek fisik dan kimiawi menggunakan agen biologi.

Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai negara di dunia dalam tahun terakhir ini mengalami peningkatan tajam. Tidak hanya pada negara - negara maju, tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia. Untuk mengantisipasi terjadinya krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan datang. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan etanol sebagai sumber energi terbarukan, contohnya untuk pembuatan bioetanol dan gasohol.

Baru-baru ini pemerintah telah melaksanakan program kebijakannya yaitu Konversi minyak tanah ke gas. Hal ini menandai bahwa energi fosil sudah tidak layak lagi digunakan dimasa depan karena jumlahnya yang semakin sedikit dan dampaknya yang tidak ramah lingkungan. Gas buang yang ditimbulkan pada mesin-mesin kendaraan mengakibatkan terjadinya lubang pada lapisan ozon sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global. Kemudian masyarakat mulai beralih mencari energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan sebagai pengganti energi fosil. Pada tahun 2007 mulai gencar-gencarnya penelitian tentang Bioethanol sebagai energi alternatif masa depan. Bioetanol diharapkan mampu menggantikan fungsi bahan bakar yang selama ini didominasi oleh bahan bakar fosil.

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan (biomassa) dengan cara fermentasi, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. Di Indonesia, bioetanol sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di negara ini dan sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol adalah tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti: tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol jagung, dan kayu. Namun permasalahan yang sering timbul pada pembuatan Bioetanol adalah sedikitnya bioetanol yang dihasilkan mengakibatkan biaya produksi membengkak. Hal ini disebabkan oleh proses fermentasi yang kurang optimal.

Indonesia adalah Negara kepulauan, dimana banyak ditumbuhi pohon papaya yang buahnya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Biasanya buah papaya hanya digunakan sebagay buah meja, namun jika sudah terlalu matang biasanya langsung dibuang dan tidak berguna lagi. Hal tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang Pemanfaatan Buah Pepaya (caricapapaya l.) Sebagai Bahan Baku Bioetanol dengan Proses Fermentasi oleh Saccaromyces Cereviceae.






III.  Alat dan Bahan

a.       Alat

1. Blender

2. Destilator sederhana

3. Botol

4. Kain saring

5. Baskom

b.    Bahan

1.    Pepaya

2.    Ragi roti 



IV. PROSEDUR KERJA

1.    Buah direbus dan dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan blender

2.    Dimasukkan ragi ke pepaya yang sudah dihancurkan dan diaduk sampai merata.

3.    Fermentasi pepaya didiamkan selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.

4.    Fermentasi pepaya diperas dan diambil airnya.

5.    Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol



V.   Data Pengamatan

Volume air tape = 200 mL

Volume destilat = 1 mL



VI. Pembahasan

Etanol dapat dihasilkan dari fermentasi bahan berkarbohidrat yang memiliki kadar gula yang tinggi. Dalam percobaan ini digunakan buah pepaya segar yang difermentasi untuk menghasilkan etanol. Buah pepaya yang matang dipilih karena memiliki kandungan glukosa yang sangat besar. Buah pepaya yang akan digunakan mula-mula dibersihkan kemudian direbus atau dipanaskan sebentar saja untuk menghilangkan bakteri yang mungkin terdapat dalam buah. Kemudian buah yang sudah direbus dihancurkan menggunakan blender dan dimasukkan dalam wadah yang bersih. Kemudian ditambahkan ragi dengan persentase 5% dari berat pepaya yang akan difermentasi. Selanjutnya buah pepaya didiamkan dan dilakukan fermentasi selama 3 hari. Selama proses fermentasi, glukosa yang terkandung dalam buah akan terhidrolisis dengan bantuan ragi menjadi etanol dan karbondioksida.


Mikroba (ragi) akan memproduksi enzim selulose untuk mengubah gula pada substrat menjadi alkohol pada kondisi aerob. 

Setelah dilakukan proses fermentasi, kemudian buah pepaya diperas untuk mendapatkan airnya dan dilakukan proses destilasi menggunakan alat destilasi sederhana. Dari percobaan sari buah yang didapatkan adalah 200 mL. Proses destilasi dilakukan untuk memperoleh etanol yang murni. Dari proses destilasi 200 mL sampel, hanya dihasilkan etanol sebanyak 1 mL. Hal ini mungkin disebabkan karena pada proses fermentasi, tidak digunakan urea. Urea digunakan sebagai nutrisi tambahan bagi pertumbuhan mikroba yang digunakan sehingga fermentasi menjadi lebih optimal, dan etanol yang dihasilkan akan banyak. Lamanya waktu fermentasi juga menjadi penyebab kurangnya alkohol yang dihasilkan, untuk dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah yang besar waktu fermentasi yang diperlukan paling tidak selama 4 hari. Hal inilah yang mungkin menyebabkan kurangnya etanol yang dihasilkan.



VII.   Kesimpulan

Berdasarkan percobaan didapatkan etanol yang  dihasilkan dari proses destilasi sari buah pepaya adalah sebanyak 1 mL.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Fermentasi. http://munzbie.wordpress.com/ diakses pada 20 Oktober 2013

Isroi. 2010. Membuat Bioetanol Dari Limbah Buah-Buahan. http://isroi.com/2010/06/14/membuat-bioetanol-dari-limbah-buah-buahan/ diakses pada 16 Oktober 2013

Pembuatan Bioetanol Dengan Alat Destilasi Sederhana

I.      Tujuan
 
     Memproduksi bioetanol dari fermentasi tape dengan alat destilasi sederhana
     Mengetahui kandungan alkohol dalam tape ketan
II.   Dasar Teori

biotanol

Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Bioetanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun mampu juga menurunkan emisi CO2. 

Bioetanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung, gandum, singkong, padi, lobak, gandum hitam. Etanol dapat diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilena ataupun secara biologis melalaui fermentasi gula dengan ragi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa  contoh  hasil  fermentasi  adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.
Dalam hal ini, akan dibuat bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi tape ketan. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun. Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan pada  minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol merupakan salah satu sumber energi terbaharui karena energi ini didapatkan dari energi matahari. Jika etanol ingin digunakan sebagai bahan bakar, maka sebagian besar kandungan airnya harus dihilangkan dengan cara distilasi. Tingkat kemurnian etanol setelah didistilasi masih sekitar 95-96% (masih ada kandungan airnya 3-4%). Campuran ini dinamakan etanol hidrat dan bisa digunakan sebagai bahan bakar, tapi tidak bisa dicampur sama sekali dengan bensin. Jadi, biasanya kandungan air dalam etanol hidrat dibuang habis terlebih dahulu dengan pengolahan lainnya sehingga baru bisa dicampurkan dengan bensin
Pembuatan bioetanol ini dilakukan dengan cara mendestilasi air tape. Distilasi atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan jga sebagai teknik pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan mengua lebih dulu.
III.  Alat dan Bahan
A.   Alat:
1.  Alat destilasi sederhana:
B.   Bahan:
         1. Air tape ketan

IV. Cara Kerja
1. Memeras air tape yang dihasilkan dan menaruhnya ke dalam botol sirup sebanyak ± 200 mL.
2.  Mendestilasi air ketan yang diperoleh hingga menghasilkan uap untuk menjadi alkohol.
3. Menguji adanya alkohol yang dihasilkan dengan cara membakar alkohol yang diperoleh hingga terlihat adanya api.


V.   Pembahasan
Ketan yang merupakan karbohidrat diubah oleh ragi menjadi alkohol dan air. Dengan adanya alkohol, tape ketan bersifat manis dan agak asam. Tape membutuhkan amilosa, amilum, dan karbohidrat kompleks, derajat keasaman (pH5-6) dan suhu yang tepat dan kadar air. Karena fermentasi pada ketan, beras dibutuhkan kadar air yang cukup untuk ragi agar bisa hidup. Oleh karena itu, beras ketan harus dikukus. Banyaknya ragi yang digunakan disesuaikan dengan jumlah beras ketan. Bila terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan menyebabkan rasa tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit dapat menyebabkan tape yang terbentuk tidak manis. Fermentasi yang terjadi yaitu perubahan pati menjadi gula, dan oleh ragi gula dirubah menjadi alkohol, sehingga ketan menjadi berair dan manis serta menimbulkan bau alkohol.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan hasil nyata dengan tape ketan yang dihasilkan. Dalam hal ini, alat destilasi uap yang digunaan untuk menentukan kadar alkohol dalam air ketan menggunakan alat destilasi sederhana, dimana dibuat dari kaleng bekas sebagai kondensor dan didesain sedemikian rupa dengan menggunakan prinsip destilator. Botol kaca digunakan sebagai wadah penempatan air tape yang akan didestilasi. Kemudian air tape dituang ke dalam botol sebanyak 200 ml yang sebelumnya air tape yang dihasilkan dari proses pembuatan tape sebanyak 600 ml. Kemudian ditunggu sampai air tetesan keluar dari selang yang berada di dalam alat destilasi.
Air tetesan tersebut berasal dari uap yang berubah menjadi cair dan kemudian mengalir melewati kondensor dan tetesan tersebut menetes yang dialiri kedalam beaker glass untuk menampung air hasil destilat yang ditutup dengan alumunium agar air hasil destilat tidak menguap. Setelah beberapa lama, kemudian alkohol hasil destilat yang dihasilkan sebanyak 5 ml. alkohol diuji dengan uji api.
VI.  Kesimpulan
Destilasi air tape dapat dilakukan dengan menggunakan destilator sederhana dan menghasilkan destilat alkohol sebanyak 5 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, J.K. 1991. Muhr Brem Berm Ketan yang Dibuat Dan Dua Macam Ragi dan Diperam Dalam Beberapa Wadah, Tesis Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
Kasmidjo, R.B. 1999. Pembuatan dan Pemanf aatan Ragi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Kuswanto, K.R. 1994. Food Fermentation of Cassava In Indonesia, Application and Conhol of Microorganism In Asia, Proceedings af The International Workrhop On Application and Control of Microorganism In Asia,  Science and Technology   Agency, RIKEN, Japan Intemational Science and Technology Exchange Cenhe.
Purwantari, S.E., Ari, S. dan Ratna.S. 2004. Fementasi I Ganyong (Canna edulis Ker.) untuk Produksi Etanol oleh Aspergillus dan Zymomonas mobilis. J. Bioteknologi 1(2):43-47.
Sulistyawan, R.D.T. 2002. Mufu Tape  Macam Beras Ketan. Fak. Biologi. Univ. Atma Jaya Yogyakarta.

Pembuatan Saponifikasi




I. TUJUAN

1.Membuat sabun secara sedarhana
2. Mempelajari sifat-sifat sabun

II. DASAR TEORI




DASAR    Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat disebut ester.Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester.Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat.Minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.Lemak padat mengandung ester gliserol dan asam stearat atau asam palmitat
    Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya.Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik.Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
     Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
    Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun.
     Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
      Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH.Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.
    Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air sadah (hard water).Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut.
     Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.
    

ALAT
pemanas listrik
erlenmeyer
batang pengaduk
pipet tetes
corong
gelas piala
tabung reaksi

BAHAN
NaOH 25%
MgSO4 5%
NaCl 25%
FeCl3 5%
minyak tanah
etanol
minyak sayur
CaCl2 5%

A. Pembuatan Sabun
1. dimasukkan 6,5 ml minyak sayur ke dalam erlenmeyer
2. ditambahkan 5ml etanol dan 5ml NaOH (sebagai pelarut) 
3.dipanaskan dengan penanggas air  sambil diaduk selama 20 menit hingga bau alkohol menghilang

4. didinginkan campuran dengan penangas es.
5. sabun diendapkan ditambahka 37,5 ml NaCl jenuh ke dalam campuran sambil diaduk
6. disaring dan ditimbang bobotnya.



1. Dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air dan dikocok. Diamati apa yang terjadi
2. dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air serta sedikit sabun yang telah dibuat, dikocok dan diamati apa yang terjadi
3. dibandingkan reaksi pertama dan kedua
1. dimasukkan sabun yang telah dibuat sebanyak sepertiga spatula ke dalam gelas beker yang mengandung 25 ml air
2. dihangatkan beker tesebut di atas penanggas
3. dimasukkan larutan sabuntersebut ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml
4. ditambahkan dengan 2 tetes CaCl2 ke dalam tabung 1, 2 tetes FeCl3 pada tabung 2, 2 tetes MgSO4 pada tabung tiga dan 2 tetes air keran dalam tabung 4
5. diamati apa yang terjadi
Kebasaan (alkalinitas)
1. di tes kebasaan larutan sabun dengan pH indikator  


 
A. Pembuatan Sabun
didapatkan berat sabun yang berwarna kekuningan sebesar 7,71gr
B. zat pengemulsi
1. minyak tanah + air = tidak bercampur
2.minyak tanah=air=sabun= bercampur
C. reaksi dengan air sadah
penambahan reagen CaCl2, MgSO4,FeCl3 tidak terbentuk sabun.
penambahan dengan air keran menghasilkan sabun

Percobaan kali ini adalah reaksi saponifikasi, Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol.Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian karbon yang panjangdari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.  

Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar. Reaksi saponifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3(CH2)14COH     +   3 NaOH   →  3 CH3(CH2)14CO2Na    +       C3H8O3       
  
Langkah yang dilakukan adalah mereaksikan NaOH yang telah dilarutkan dalam air mendidih dengan minyak sayur dan dilakukan pengadukan agar larutan cepat bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang kemudian campuran berubah wujud seperti susu kental dan tidak ada minyak yang mengapung di atasnya dan berwarna kekuning-kuningan. kemudian ditambahkan 37,5 ml NaCl jenuh untuk mengendapkan sabun lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat berat sabun sebesar 7.71 gram.
       Selanjutnya pada penambahan minyak dengan air larutan tidak bercampur namun setelah ditambhakan dengan sabun larutan dapat bercampur. hal ini karena minyak memiliki sifat non polar dan air polar sehingga larutan tidak dapat bercampur tetapi dapat bercampur setelah ditambhakannya sabun disebabkan karena sabun.
  

Pada struktur kimia sabun, rantai karbon yang panjang tersebut bersifat non-polar dan tidak menarik air, sementara “kepala”nya ( terdapat ion logam ) bersifat polar. Rantai /ekornya itu disebut bagian hidrofobik sementara kepalanya disebut hidrofilikkotoran yang tidak tercuci oleh air saja biasanya merupakan senyawa non-polar. Di dalam air sabun, bagian hidrofilik sabun mengikat minyak, sementara bagian hidrofobiknya mengikat molekul air. Karena itu, minyak dapat larut dalam air sabun 
            Kemudian pada uji dengan air sadah yang membentuk busa pada larutan ketika ditambahkan dengan air keran  dan Mg hal ini membuktikan bahwa air keran tersebut bukanlah air sadah karena jika ditambhakan dengan air sadah maka tidak akan terbentuk busa dan akan terbentuk endapan putih.

Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan pada praktikum ini adalah sebesar 7.71 gram


Laporan kerja praktek di PT. Unilever Indonesia Tbk.
Reynolds,S., & Stanley,R. 2000. “Chemistry 2000, year 11”, Melbourne Oxford University Press.
Said, G . 1987. “Bio industri Penerapan Teknologi Fermentasi”, P.T. Mediyatama Sarana Perkasa – Jakarta.

Custom Search